TERASMEDIAJAMBI.COM, JAMBI – Negeri Sekepal Tanah Surga, demikianlah sebutan yang melekat pada Kabupaten Kerinci. Kabupaten yang terletak di ujung barat Provinsi Jambi ini memiliki segudang potensi yang jarang dimiliki oleh daerah lain. Kerinci unggul dalam sektor pertanian, perkebunan, peternakan, dan pariwisata. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Kerinci berada di urutan ketiga setelah Kota Sungai Penuh dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dengan skor 73,43. Hal ini menunjukkan bahwa sumber daya manusia Kerinci memiliki kualitas yang relatif tinggi dibandingkan kabupaten lain di Provinsi Jambi.
Namun, jika ditinjau secara menyeluruh, Kerinci masih menghadapi banyak pekerjaan rumah. Persoalan lingkungan, infrastruktur yang belum merata, kesejahteraan petani, hingga akses pendidikan dan kesehatan masih menjadi tantangan yang perlu segera diatasi.
Pada momen Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati (Pilbup), masyarakat tentu berharap akan lahir pemimpin yang mampu mengatasi persoalan-persoalan tersebut. Namun, kenyataan yang terjadi justru sering kali bertolak belakang. Alih-alih menjadi ajang diskusi dan penyampaian gagasan, kontestasi politik di Kerinci sering kali diwarnai dengan politik serangan yang minim gagasan.
Hingga saat ini, belum terlihat strategi konkret dari para kandidat untuk menyelesaikan berbagai problematika di Kerinci. Berdasarkan pengamatan penulis, sebagian besar calon terlihat tidak memahami kebutuhan riil masyarakat. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh fakta bahwa beberapa kandidat berdomisili di luar Kabupaten Kerinci. Akibatnya, mereka kurang memahami kondisi daerah dan kebijakan yang relevan untuk membangun Kerinci.
Situasi semakin diperburuk dengan maraknya narasi saling menjatuhkan antar kandidat dan tim suksesnya. Kontestasi pilkada yang diwarnai oleh serangan-serangan pribadi semacam ini tidak sehat dan tidak memberikan manfaat kepada masyarakat. Pesta demokrasi seharusnya menjadi ajang diskusi untuk mencari solusi atas berbagai persoalan daerah, bukan arena untuk menunjukkan permusuhan.
Masyarakat Kerinci membutuhkan visi yang konkret dan gagasan yang dapat memberikan harapan. Pemimpin yang diharapkan adalah seseorang yang memahami setiap permasalahan di daerah, mampu menawarkan solusi, dan memiliki komitmen nyata untuk memajukan Kerinci. Sayangnya, kontestasi politik saat ini justru diramaikan oleh kandidat yang terkesan “mendadak pulang kampung” hanya demi mendapatkan suara
Harapan penulis, kita harus mampu melihat dengan hati nurani. Pilihan kita harus didasarkan pada penilaian terhadap komitmen, kemampuan, dan pemahaman kandidat atas problematika di Kerinci, bukan semata-mata pada janji manis atau popularitas. Semoga pesta demokrasi ini dapat menghasilkan pemimpin yang benar-benar bekerja untuk kemajuan Negeri Sekepal Tanah Surga ini. (*)
Iqbal Adiguna (Mahasiswa UNJA asal Kerinci)